Isu ABS Serang Balik SBYJAKARTA—PDI Perjuangan (PDIP) punya amunisi baru untuk menembak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Setelah poco-poco dan main yoyo, kini PDIP menyerang SBY dengan netralitas TNI/Polri terkait isu asal bukan capres S (ABS). SBY dinilai menggunakan kedua institusi tersebut untuk memenangkan Pemilu 9 April 2009 mendatang.
�Ini karena hanya Pak SBY yang memiliki otoritas itu, tidak mungkin S yang lain, dia memiliki akses langsung karena panglima tertinggi TNI adalah Presiden, dan Polri secara institusional di bawah Presiden. Karena itu masalah ini mencerminkan hal yang baik,� kata Ketua DPP PDIP Firman Jaya Daeli dalam diskusi Polemik Trijaya �Main Yoyo Depan Cermin� di Pakubuwono, Jakarta Selatan, Sabtu (31/1) kemarin.
Pernyataan ABS dari Presiden tersebut, kata dia, menunjukkan kegelisahan SBY. Dia juga mencium ada upaya sistematik membawa TNI dan Polri ke dalam suasana politik. ��Ada politisasi, walaupun mengimbau untuk netral tapi itu politisasi sesungguhnya,�� katanya.
Firman menilai, seharusnya persoalan itu tidak disampaikan oleh Presiden SBY di depan forum resmi yang diliput media karena dapat mengganggu keutuhan TNI dan Polri. Sebab apa yang dilakukan SBY bisa menimbulkan saling mencurigai di tubuh militer dan polisi.
Calon presiden Wiranto juga menyindir SBY terkait isu ABS. Untuk itu dia menasihati SBY agar melakukan introspeksi terkait klaim keberhasilannya, dibanding harus menanggapi isu ABS. �Lebih baik introspeksi apakah yang diiklankan itu benar,� kata Wiranto di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang , Sabtu kemarin.
Introspeksi, katanya, lebih baik dibanding mencari siapa yang mengeluarkan isu tersebut. Sebab banyak yang meragukan kebijakan yang dibuat SBY belum menyentuh rakyat kebanyakan termasuk keluarga prajurit TNI dan Polri. Wiranto juga mengingatkan, keluarga prajurit juga menghadapi berbagai masalah karena harus membiayai anak, istri, dan terkadang anggota keluarga lain. Mereka juga terkena krisis.
Mereka butuh perhatian,� katanya.
Hal senada dikatakan pengamat politik LIPI, Syamsuddin Haris. Dia menilai reaksi SBY terlalu berlebihan dalam menanggapi kritikan menjelang pemilu dan pilpres 2009.
Kebebasan dalam mengungkapkan kritik dan pendapat yang terjadi sekarang, kata dia, merupakan konsekuensi kemajuan dalam berpolitik di Indonesia. Karena itu, sindiran �yoyo� yang dilontarkan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merupakan hal yang wajar. ��Saya melihat memang beliau terlalu reaktif, baik soal ABS ataupun yoyo. Kita juga butuh statement �yoyo� seperti itu, kalau tidak, politik kita akan sepi,� katanya dalam forum diskusi yang sama.
Syamsudin mengimbau agar para elite parpol mau menjalin hubungan emosional yang baik menjelang pemilu. Hal tersebut dilakukan agar suhu politik menjelang pemilu bisa terus terjaga.�Mega dan SBY mengambil inisiatif saling bertemulah untuk menyejukkan suasana menjelang pemilu, karena tidak menguntungkan kalau muncul konflik pribadi atau personal,� katanya.
Demokrat Membantah
Namun anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman membantah jika huruf �S� dalam isu �ABS� merupakan nama depan SBY. ��Yang jelas �S� itu bukan Pak SBY,�
tegasnya usai dialog di PakubuwonoMantan Menpora era Soeharto ini juga mengimbau agar masyarakat tidak hanya fokus memperhatikan presiden tapi juga turut memperhatikan DPR sebagai lembaga legislatif. Menurut dia, DPR juga merupakan lembaga negara yang memiliki peran yang besar dan sejajar dengan presiden.
�Bicara eksekutif memang sangat mengasyikan tapi masyarakat jangan hanya memperhatikan fungsi presiden tapi juga DPR karena UU yang menentukan DPR bukan presiden,� ungkapnya. Hayono Isman juga menilai SBY tidak reaktif. �Sebab yang disampaikannya adalah normatif,� tegasnya.Dia menambahkan, SBY sebagai presiden sudah berbuat maksimal untuk mengatasi seluruh masalah yang dihadapi bangsa ini. Karena itu dirinya berpendapat kritikan-kritikan tersebut sangat tidak beralasan. �Yang penting bagi bangsa ini adalah pemimpin yang bisa mengatasi masalah dan setidaknya Presiden SBY sudah mencoba berbuat untuk mengatasi masalah misalnya penurunan harga BBM sebanyak 3 kali,� katanya.
Sementara itu Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI Polri (FKPPI), Hans Havlino Silalahi, menilai ABS tidak akan memecah belah TNI/Polri. �Tentara kan tidak pernah pecah. Saya pikir kita boleh berbeda, tapi organisasi selalu satu tidak pecah,� kata Hans di sela-sela Rakernas FKPPI di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Sabtu kemarin. Dia menjelaskan, secara organisasi pihaknya tetap akan mendukung salah satu calon. �Namun organisasi tidak mencoblos, tapi hanya mendukung. Kita ikut yang menang,� tegasnya.
Hans memprediksi, pada pemilu 2009 mendatang kursi RI-1 tetap akan diduduki capres berlatar belakang militer. �Kalau gambaran kita betul, artinya kira-kira ada calon presiden dari keluarga besar kita. Siapa pun akan duduk menjadi presiden. Selama dari keluarga besar FKKPI kita tidak permasalahkan dan akan kita dukung,� tuturnya.Ditanya siapa jago dari FKPPI, Hans berujar, �Belum ada, kita lihat dulu pemilihan legislatif ini. Kita bukan partai, tapi organisasi kepemudaan. Namun ancar-ancar sudah ada,� katanya.Seperti diberitakan kemarin peta politik berkembang dengan munculnya wacana di tubuh militer adanya calon presiden yang memiliki inisial S. Hingga saat ini yang berinisial S baru dua orang yakni SBY dan Sutiyoso. Tapi jika melihat besaran kekuatan partai yang mendukung saat ini, baru SBY yang berpeluang maju ke bursa pencapresan sehingga tidak salah jika ABS yang dimaksud presiden yakni SBY
Jakarta – Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi menilai, pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengungkap isu bahwa ada oknum petinggi TNI yang menebar seruan “ABS” atau Asal Bukan capres S (SBY, red) dan petinggi Polri yang jadi tim sukses calon presiden (capres) tertentu, adalah cara kuno yang dilakukan/diulang lagi sebagai manuver menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009.
“Ini adalah cara-cara kuno yang saat ini tidak lagi relevan untuk digunakan. Dibikin seolah SBY didzalimi oleh pihak lain. Dalam hal ini oleh seorang jenderal. Cara-cara sejenis dulu di tahun 2004 dimana SBY dibikin konflik dengan Taufik Kiemas dan kemudian didzalimi oleh Megawati, waktu itu memang efektif untuk mengantar SBY menjadi presiden. Namun dewasa ini rakyat sudah cerdas dan tidak terlalu peduli dengan rekayasa para elite semacam itu,” ungkap Saurip Kadi kepada jakartapress.com di Jakarta, Sabtu (31/1).
Sebagaimana terlihat, saat memberi pengarahan pada peserta Rapim TNI dan Rakor Polri di Istana Negara, Kamis (28/1), Presiden SBY berkata: “Saya mendengar informasi adanya petinggi di TNI Angkatan Darat yang mengatakan ‘ABS’ atau Asal Bukan capres S. Saya juga mendengar adanya petinggi Polri yang diisukan membentuk tim sukses untuk capres tertentu”.
Menurut Saurip Kadi, apabila kasus tersebut benar terjadi, mestinya sebagai seorang presiden, SBY dengan mudah bisa menegur Panglima TNI yang gagal memegang komitmen bahwa TNI tidak boleh terlibat politik praktis. “Untuk apa SBY justru melempar isu itu di depan publik dalam pidato kenegaraan lagi,” tegas tokoh yang mempelopori gugatan uji materi UU Pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK) ini.
“Saya percaya isu tersebut tidak benar, hanya rekayasa belaka, dan yang bikin SBY sendiri, mungkin mendapat masukan dari intelijen yang tidak akurat. Sebagai teman saya paham karakter SBY. Seharusnya, sebagai presiden segera memerintah kepada intelijen untuk mengetahui dalam waktu 1×24 jam siapa itu jenderal yang dimaksud dan apabila tidak ada bukti maka sang pembisik (pelapor) patut disingkirkan saja, karena tidak layak berada di lingkaran dekat presiden. Demikian seharusnya, dan tidak perlu berpidato di depan publik,” sambung Saurip Kadi.
Kalau urusannya kepentingan pemilu, lanjut mantan Aster KSAD ini, seharusnyalah peluang terbesar ada pada SBY. Tinggal menunjukkan karya-karyanya apa saja. Rival SBY adalah dirinya sendiri, terutama ketika tim sukses yang membuat iklan-iklan yang membohongi publik dan hanya menyodorkan “jaim” ketimbang menunjukkan proses dan capaian kerja selama ini. Justru akan menghancurkan dirinya sendiri.
“Seharusnya tidak perlu membuat iklan semacam dagang shampoo yang amat memalukan itu. Di negara lain, para kandidat presiden tidak ada yang pasang iklan macam itu, adanya debat dengan penuh kedalaman makna, untuk tiap-tiap sektor kebijakan yang akan diambil seperti apa. Bukan menjual slogan-slogan dari tahun ke tahun begitu melulu. Rakyat sekarang sudah cerdas. Tidak bisa dibohongi lagi,” tutur Saurip.
Ia menilai, SBY sedang risau, dan sedang test the water, apa reaksi publik dengan lemparan isu tersebut. sehingga sisa waktu bisa untuk mengubah strategi kampanye. Padahal, TNI sudah tidak lagi main politik sejak Soeharto tidak ada lagi. “Kalau ada anggota TNI yang suka atau tidak suka kepada SBY itu wajar-wajar saja dan tidak akan berpengaruh dalam pemilu. karena TNI tidak lagi mempunyai fungsi sosial politik,” tandasnya.
Kalau sasaran isu tersebut untuk melibatkan TNI dalam dukung mendukung capres tertentu, kata Saurip, niscaya akan mudah diketahui oleh publik dan itu akan mempersulit posisi TNI yang sudah berkomitmen untuk mereformasi diri paska Orde Baru yang dulu jelas-jelas sebagai alat politik Orde Baru. “Sekarang tidak bisa lagi demikian. Justru TNI harus menjadi Tentara Bela Rakyat dalam visi baru pertahanan keamanan yang diembannya,”tuturnya.
“TNI harus benar-benar sebagai tulang punggung negara, sebagaimana yang selama ini diperjuangkan oleh Agus Wirahadikusumah dan Saurip kadi sampai saya di-“nonjob”-kan sampai pensiun dan baru sekarang pada sadar akan yang saya sampaikan sejak tahun 1995 tersebut. Inilah bagian sejarah panjang negeri ini. Jadi jangan ada upaya-upaya untuk mempolitisasi TNI seperti dulu lagi,” ujar jenderal yang dikenal vokal dan kritis ini saat purnawirawan maupun semasa masih TNI aktif dulu. Akibat vokalnya Saurip, membuat dia di tahun 2000 lalu di-“nonaktif”-kan dari jabatannya karena tak disukai petinggi TNI saat itu.
Tulisan Terkail
SBY Isukan ABS Agar Terkesan Dizalimi
kampanye pemilu 2009 makin menarik saja..banyak hal-hal unik yang dilakukan untuk menarik perhatian rakyat indonesia..
mari kita dukung kampanye damai pemilu indonesia 2009…